Rabu, 31 Desember 2014

Talk Show mengenai perubahan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ke kurikulum 2013 dan dikembalikan lagi dari kurikulum 2013 ke kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bersama salah satu dosen Departemen Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr. H. Karso, M.M.Pd.


Crew: PANDAGIRI (Patra, Wenda, Ogi, dan Riyanti)

Selasa, 16 Desember 2014

Kemaren kemarin lagi musim ujan tuh yang tiap siang atau sore pasti ujan saya dapet masalah. Pas pulang kuliah sore menjelang magriban ujan deres banget...saya kan naek motor, meski pake jas ujan tetep aja muka, tangan, ama kaki kebasahan. Jam tangan saya (G-Shock Ga-150) kehujanan dan embunnya masuk ke dalem jamnya..ampe ga keliatan jarum jam ama digitalnya.. Apesnya jarum jamnya error ga jalan..tapi lama lama bisa jalan lagi tapi tetep ngaco jamnya.. saya bingung gimana settingnya, kebetulan pas browsing di internet nemu cara mengatasinya..Saya share aja sekalian barangkali ada yang punya masalah yang sama...Jadi gini caranya..
I. SETTING DIGITAL

1. Tekan tombol kiri bawah beberapa kali sampai display menunjukan hari & jam                   seperti di gambar.
2. Tekan dan tahan tombol kanan bawah selama 5 detik sampai bunyi " beep " dan                 display digital berkedip.
3. Setelah itu tekan kiri bawah untuk mencari settingan yang kita perlukan ( lihat                 dispay yang berkedip ).
4. Untuk merubah settingannya tekan tombol kanan atas, sesuaikan.
5. Jika sudah selesai kembali tekan kanan bawah untuk men save settingan kita.    
6. Selesai


II. SETTING MANUAL / JARUM JAM


1. Tekan Tombol kiri bawah beberapa kali sampai display menunjukan " H-SET".
2. Tekan dan taham tombol kanan bawah selama 5 detik sampai bunyi "beep"
3. Kemudian tekan dan tahan tombol kanan atas , biarkan jarum jam berputar, sesuaikan.
4. Jika sudah sesuai tekan tombol kanan bawah untuk mengunci.
5. Selesai.



Sumber
http://ibieshop2.blogspot.com/2012/07/cara-mensetting-jam-tangan-g-shock-ga150.html

Minggu, 14 Desember 2014

     Kecakapan matematis (mathematical proficiency) mencakup lima komponen menurut Kilpatrick (2001, hlm. 116), yaitu (1) pemahaman  konseptual  (conceptual  understanding);  (2)  kelancaran  prosedural  (procedural fluency);  (3)  kompetensi  strategis  (strategic  competence);  (4)  penalaran  adaptif  (adaptive reasoning); dan (5) disposisi produktif (productive disposition). Komponen-komponen tersebut seharusnya dikembangkan secara terpadu  dan  seimbang  pada  diri  siswa  yang  belajar  matematika  (Widjajanti, 2011, hlm. 2).  
     Kelima komponen  kecakapan  matematis  tersebut  tidak  saling  bebas tetapi terjalin menjadi  satu. Pengembangan kelimanya pada siswa  juga  tidak  dapat  dilakukan  secara terpisah-pisah. Kelima komponen tersebut digambarkan oleh Kilpatrick (2001, hlm. 117) sebagai berikut

     Penjelasan  untuk  masing-masing  komponen  kecakapan  matematis  tersebut  adalah sebagai berikut:  
1. Pemahaman  konseptual  (conceptual  understanding)  
     Pemahaman Konseptual adalah  pemahaman  atau  penguasaan siswa terhadap  konsep-konsep,  operasi,  dan  relasi  matematis.  Indikator  yang  dapat digunakan  untuk mengetahui  apakah  seorang  siswa telah  mempunyai  pemahaman konseptual  antara  lain adalah  mampu:
a. menyatakan  ulang  konsep  yang  telah  dipelajari,
b. mengklasifikasikan  objek-objek  berdasarkan  dipenuhi  tidaknya  persyaratan               membentuk  konsep tersebut,
c.  memberikan  contoh  atau  non-contoh  dari  konsep  yang  dipelajari,
d.  menyajikan konsep  dalam  berbagai  macam  bentuk  representasi  matematis,
e.  mengaitkan  berbagai  konsep, 
f.  mengembangkan  syarat  perlu  dan  atau  syarat  cukup  suatu  konsep.  
     Menurut  Kilpatrick (dalam Widjajanti, 2011, hlm. 3)  indikator  signifikan  dari pemahaman  konseptual  adalah  kemampuan  untuk  menyajikan situasi  matematika dengan cara  yang  berbeda  dan  mengetahui  bagaimana  representasi  yang berbeda dapat bermanfaat  untuk  berbagai  tujuan. Tingkat pemahaman konseptual siswa berkaitan dengan kekayaan dan luasnya koneksi yang dapat mereka buat.  
2.Kelancaran  prosedural  (procedural  fluency)  
     Kelancaran prosedural mengacu  pada  pengetahuan  tentang  prosedur, pengetahuan tentang  kapan  dan  bagaimana  menggunakannya  secara  tepat,  dan  keterampilan melakukan  prosedur  secara  fleksibel,  akurat,  dan  efisien.  Dengan  demikian, indikator  untuk kelancaran prosedur ini antara lain adalah siswa mampu: 
a. menggunakan prosedur,
b. memanfaatkan  prosedur,
c. memilih  prosedur,
d. memperkirakan  hasil  suatu  prosedur,
e. memodifikasi atau memperhalus prosedur,
f. mengembangkan prosedur.
     Dengan mempelajari algoritma sebagai suatu prosedur umum, siswa dapat memperoleh pengetahuan bahwa matematika bersifat terstruktur dan dapat menyelesaikan persoalan yang rutin.  
3. Kompetensi strategis (strategic competence) 
    Kompetensi strategis mengacu pada kemampuan untuk merumuskan, menyajikan, dan menyelesaikan masalah matematika. Oleh karena itu, indikator untuk mengetahui apakah seorang siswa mempunyai  kompetensi  strategis  antara  lain  adalah  jika  ia mampu:
a. memahami masalah dengan dapat menjelaskan apa yang diketahui dan apa yang                   ditanyakan,
b. menyajikan suatu masalah secara matematis dalam berbagai bentuk (numerik, simbolis,       verbal, atau grafis), 
c.  memilih rumus, pendekatan atau metode yang tepat untuk memecahkan masalah,
d.  memeriksa kebenaran penyelesaian masalah yang telah diperoleh.
     Widjajanti (2011, hlm. 3) mengemukakan bahwa 
Karakteristik mendasar yang diperlukan selama proses pemecahan  masalah adalah fleksibilitas. Fleksibilitas seseorang dapat berkembang melalui perluasan pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak rutin.  
4. Penalaran  adaptif  (adaptive reasoning)  
     Penalaran adaptif merujuk  pada  kapasitas  untuk  berpikir  secara  logis tentang hubungan antar konsep dan situasi, kemampuan untuk berpikir reflektif, kemampuan untuk menjelaskan, dan kemampuan  untuk  memberikan  pembenaran.  Indikator  untuk kecakapan  ini antara  lain  adalah  jika  siswa mampu:
a. menyusun  dugaan  (conjecture),
b. memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan,
c. menarik kesimpulan dari suatu pernyataan,
d. memeriksa kesahihan suatu argumen,
e. menemukan pola pada suatu gejala matematis.
5. Disposisi  produktif  (productive  disposition)  
      Disposisi produktif berkaitan dengan kecenderungan untuk mempunyai kebiasaan yang produktif, untuk melihat matematika  sebagai  hal  yang masuk akal, berguna, bermakna, dan berharga, serta memiliki  kepercayaan diri dan ketekunan dalam belajar matematika. Oleh karena itu, indikator untuk disposisi produktif ini antara lain  adalah siswa dalam belajar  matematika: 
a. Bersemangat
b. tidak  mudah menyerah
c. percaya diri
d. memiliki rasa ingin tahu 
      Seperti yang dikemukakan Widjajanti (2011, hlm. 3) bahwa
Seorang siswa yang mempunyai disposisi produktif yang tinggi  cenderung akan mampu mengembangkan kecakapan matematis mereka  dalam hal pemahaman  konseptual, kelancaran prosedural, kompetensi strategis, dan penalaran adaptif. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kecakapan dalam pemahaman konseptual,  kelancaran  prosedural, kompetensi strategis, dan penalaran  adaptif  cenderung  akan  berkembang  disposisi produktifnya.
      Dapat dilihat bahwa pengembangan kelima komponen kecakapan matematis tersebut tidak dapat dititikberatkan hanya pada satu komponen saja karena kesemuanya merupakan satu kesatuan.

DAFTAR PUSTAKA

Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn            Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

Widjajanti, Djamilah Bondan. (2011). Mengembangkan Kecakapan Matematis Mahasiswa              Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis                      Masalah. [Online]. Tersedia di: http://staff.uny.ac.id /sites/default/ files/                    131569335/ Makalah%20Djamilah%20Semnas%2014%20MEI%202011.pdf                    [Diakses 19 Maret 2014].                                                            

Sabtu, 13 Desember 2014

Foto ini diambil di SMA Negeri 23 Bandung, tepatnya di ruang seni.


Ada juga foto yang lain..foto yang ini diambil di Gd. JICA UPI.

Kemudian, foto di atas diedit dengan menggunakan Adobe Photoshop CS3. Hasilnya menjadi seperti ini...




Kompetensi Dasar dari Kurikulum 2013 :

Menerapkan lokasi benda dalam koordinat Kartesius dalam menjelaskan posisi relatif terhadap acuan tertentu. (3.10)

I.   PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pemimpin merupakan sosok yang penting bagi kehidupan manusia. Sepanjang sejarah, pemimpin senantiasa mampu mengubah wujud dunia untuk menjadi lebih baik. Seorang pemimpin Islam yaitu Nabi Muhammad saw yang membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman kejayaan. Dengan demikian, setiap orang merupakan pemimpin yang harus membawa sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan organisasi.
Untuk melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang akan melanjutkan estafet organisasi, maka perlu dilakukan suatu langkah kaderisasi. Oleh karena itu, kaderisasi harus dilakukan secara terus-menerus untuk melakukan regenerasi dan menjamin kelangsungan organisasi. Agar tujuan kaderisasi dapat dicapai dan dijalankan dengan baik, maka disusunlah kurikulum kaderisasi yang dinamakan Leadership School (LS).
Leadership School merupakan suatu pedoman yang menjadi arahan dari proses kaderisasi dimana mahasiswa baru dibekali konsep kepemimpinan agar mampu menjadi pribadi mandiri sesuai dengan norma-norma agama. Leadership School ini akan mengembangkan dua aspek kepemimpinan yaitu diri (self) dan organisasi (organization).
B.   Landasan Kaderisasi
Kaderisasi ini berlandaskan pada:
1.      Firman Allah SWT dalam Alquran
“Ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada para Malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khilafah di muka bumi”. Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?”. Dia berfirman :”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.”(QS Albaqarah : 30)
2.     Hadis Rasulullah saw
a.      “Setiap orang adalah pemimpin dan akan dipertanggung jawabkan atas apa yang telah dilakukannya.” (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar)
b.  "Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat kepada orang lain.”(Riwayat al-Baihaqi, Sahih al-Jami' al-Shaghir wa Ziyadatihi, al-Maktab al-Islami, cetakan ke-3, Beirut, 1408H, no:3289)
3.     Undang-undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan :
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
4.     Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BEM Himatika ‘Identika’ UPI 2013
a.      ART Pasal 2 tentang asas.
b.     ART Pasal 3 tentang syarat anggota.
c.      AD Pasal 9 ayat 2
“Mewujudkan Himatika ‘Identika’ UPI yang dinamis, kokoh, mandiri, dan terintegrasi.
d.     AD Pasal 10 ayat 2
“Mengembangkan potensi kecerdasan, kreativitas, keterampilan, minat, dan bakat anggotanya.”
e.     AD Pasal 10 ayat 5
“Membina kebersamaan dan kekeluargaan di lingkungan Himatika ‘Identika’ UPI.” 
f.      AD Pasal 11 ayat 2
“Anggota Himatika ‘Identika’ UPI terdiri dari anggota muda dan anggota biasa.”
5.     Garis-Garis Besar Program Kerja (GBPK) BEM Himatika ‘Identika’ UPI 2013
a.      GBPK Bab II 1.2, 1.3
b.     GBPK Bab III 2.4, 2.5, 2.7
6.     Garis-Garis Besar Kebijakan Pengurus (GBKP) BEM Himatika ‘Identika’ UPI 2013
a.      GBKP Pasal 1 ayat 5 tentang kebebasan berpendapat.
b.  GBKP Pasal 2 ayat 6 tentang kebijakan strategis Departemen Pengembangan Organisasi.
7.     Undang-Undang Pengaderan BEM REMA UPI
8.   Undang-Undang Himpunan Mahasiswa Matematika ‘Identika’ UPI Nomor 01 tahun 2013 tentang Pengaderan

II. KONSEP DASAR KADERISASI
A.   Tujuan Kaderisasi
Tujuan kaderisasi ini terdiri atas:
1.      Tujuan Umum
Membentuk karakter kepemimpinan anggota Himatika ‘Identika’ UPI dan regenerasi kepengurusan Himatika 'Identika' UPI, serta membentuk anggota muda yang memiliki aspek kepemimpinan, yaitu diri (self) dan organisasi (organization).
2.     Tujuan Khusus
a.      Menumbuhkan sikap kepemimpinan diri sebagai berikut;
1)      benar (shiddiq)
2)     dapat dipercaya (amanah)
3)     menyampaikan (tabligh)
4)     cerdas (fathanah)
b.     Menumbuhkan sikap kepemimpinan organisasi sebagai berikut;
1)      loyal
2)     militan
3)     solidaritas
B.   Objek Kaderisasi
Objek kaderisasi adalah anggota muda Himatika ‘Identika’ UPI.
C.   Subjek Kaderisasi
Subjek kaderisasi adalah panitia kaderisasi yang terdiri dari pengurus BEM Himatika ‘Identika’ UPI dan anggota Himatika ‘Identika’ UPI.

III.    OPERASIONAL KADERISASI
A.   Alur Kaderisasi
Alur kaderisasi ini terdiri atas 3 tahap, yaitu:
1.      Tahap Dasar
Tahap dasar adalah tahapan yang diikuti anggota muda untuk mengetahui minat dan potensi anggota muda terhadap Himatika ‘Identika’ UPI, mengenalkan Jurusan Pendidikan Matematika, dan membina kepribadian anggota.
2.     Tahap Menengah
Tahap menengah adalah tahapan yang diikuti anggota muda untuk melatih jiwa kepemimpinan, membina dan mengembangkan kemampuan nalar dan manajerial organisasi, untuk melatih anggota muda menjadi anggota biasa, serta memberikan sertifikasi anggota biasa.
3.     Tahap Aplikasi
Tahap aplikasi adalah tahap implementasi dari tahap dasar dan tahap menengah berupa pelibatan anggota dalam seluruh kegiatan organisasi baik internal maupun eksternal Himatika 'Identika' UPI.
B.   Mekanisme Alur Kaderisasi
Mekanisme alur kaderisasi ini terdiri atas :
1.      Tahap Dasar :
a.      GAMMA (Registrasi Anggota Muda Matematika)
1)      Tujuan:
a)     Mendata mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Matematika UPI.
b)    Memberikan gambaran tentang BEM Himatika ‘Identika’ UPI.
c) Mengenalkan pengurus BEM Himatika ‘Identika’ UPI kepada mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Matematika UPI.
d) Mengidentifikasi minat dan potensi mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Matematika dalam berorganisasi. 
2)     Deskripsi Kegiatan:        
Kegiatan pendataan mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Matematika, pengidentifikasian minat dan potensi mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Matematika melalui tes minat, sosialisasi tentang BEM Himatika ‘Identika’ UPI, dan ajang perkenalan antara  pengurus BEM Himatika ‘Identika’ UPI dengan mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Matematika.
b.     METRIK (Masa Orientasi Jurusan Pendidikan Matematika)
1)      Tujuan :
Mengenalkan Jurusan Pendidikan Matematika dan Himatika ‘Identika’ UPI kepada mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Matematika.
         2)      Deskripsi Kegiatan:
Pengenalan Jurusan Pendidikan Matematika beserta civitas akademiknya.
c.      MABIM (Masa Bimbingan)
1)      Tujuan :       
a)     Mengembangkan pola pikir siswa menjadi mahasiswa.
b)    Menjelaskan kepada anggota muda bagaimana sistem perkuliahan dan strategi belajar di universitas.
c)     Mengarahkan kecerdasan emosional dan spiritual anggota muda ke arah yang baik.
d)     Memberikan bekal kepada anggota muda berupa orientasi jurusan dan profil pekerjaan di Jurusan Pendidikan Matematika.
e)  Mengembangkan kemampuan entrepreneurship anggota muda di dunia mahasiswa.
f)       Melatih keterampilan komunikasi anggota muda.
g)  Menumbuhkan rasa kekeluargaan antar anggota muda Himatika ‘Identika’ UPI.
2)     Deskripsi Kegiatan:
Kegiatan bimbingan oleh tutor yang diikuti oleh anggota muda dengan cara pengelompokan dan mengadakan pertemuan-pertemuan rutin selama proses kaderisasi.
2.     Tahap Menengah:
a.      LKM-PM (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Pendidikan Matematika)
1)      Tujuan :
a)     Memberikan pengetahuan tentang sejarah pergerakan mahasiswa.
b)    Menumbuhkan sikap kepemimpinan organisasi.
c)     Mengembangkan kemampuan manajemen kegiatan dan rapat.
d)  Melatih pola pikir dalam pemecahan masalah dan atau manajemen konflik.
e)     Melatih keterampilan dalam mengatur jalannya persidangan.
f)     Melatih kemampuan manajemen organisasi dan kerja tim.
g)     Memberikan keterampilan dan keberanian menyampaikan aspirasi.
h) Melatih kemampuan manajemen isu dan propaganda serta pengetahuan tentang aksi.
i)      Pemilihan dan pengangkatan Ketua Pelaksana MUMAS.
2)     Deskripsi Kegiatan:
Latihan kepemimpinan mahasiswa ini berupa pemberian materi secara klasikal, simulasi, dan diskusi.
b.     LAMDA (Latihan Kepemimpinan Anggota Muda)
1)      Tujuan:
a)     Menilai kelayakan anggota muda menjadi anggota biasa.
b)    Melatih fisik dan mental anggota muda.
c)     Mengaplikasikan materi dari MABIM dan LKM-PM.
d)     Pemilihan dan pengangkatan ketua angkatan.
2)     Deskripsi Kegiatan:
Kegiatan lapangan yang mengaplikasikan materi-materi dari MABIM dan LKM-PM.

IV. MEKANISME EVALUASI
A.   Evaluasi Objek Kaderisasi
     Evaluasi ini dilakukan dengan cara menilai setiap anggota muda dari setiap kegiatan kaderisasi. Penilaian dilakukan menggunakan instrumen berdasarkan parameter yang telah ditentukan dan dilaksanakan oleh tim monitoring and evaluating. Kegiatan penilaian ini dilakukan pada saat kegiatan kaderisasi dan setelah kegiatan kaderisasi.
B.   Evaluasi Program Kaderisasi
       Evaluasi terhadap program kaderisasi dilaksanakan oleh Ketua BEM Himatika ‘Identika’ UPI, subjek kaderisasi, dan DPM Himatika ‘Identika’ UPI dengan mempertimbangkan ketercapaian tujuan dan keefektifan dari setiap kegiatan kaderisasi.

V.   PENUTUP
       Demikian kurikulum kaderisasi ini dibuat agar menjadi arahan sehingga Himatika ‘Identika’ UPI bisa mencetak kader-kader yang shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin 
yang tegak di puncak bukit,
jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, 
yang tumbuh di tepi danau.
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
jadilah rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan.
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya,
jadilah saja jalan kecil,
tetapi jalan setapak yang
membawa orang ke mata air.
Tidaklah semua menjadi kapten,
tentu harus ada awak kapalnya.
Bukan besar kecilnya tugas
yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu.
Jadilah saja dirimu
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
(Taufiq Ismail – Kerendahan Hati)
Kepemimpinan adalah gabungan unsur-unsur kecerdasan, sifat amanah (dapat dipercaya), rasa kemanusiaan, keberanian, serta disiplin. Hanya ketika seseorang memiliki kelima unsur ini menjadi satu dalam dirinya, masing-masing dalam porsi yang tepat, baru dia layak dan bisa menjadi seorang pemimpin sejati.
(Sun Tzu)