Abstrak
Matematika tidak hanya ada dalam pelajaran
sekolah dan buku tulis matematika dengan beraneka macam rumus. Banyak manfaat
yang dapat diambil dari pembelajaran tentang matematika dalam kehidupan sehari
– hari. Bahkan tidak hanya itu, banyak sekali disiplin ilmu lainnya yang
memakai perhitungan matematika. Seperti dalam ilmu alam, ekonomi, kesehatan,
psikologi, dan sebagainya.
Terkadang, siswa mengalami kesulitan dalam
aktivitas belajar. Peran guru di sini untuk memberikan bantuan dan dorongan
semangat. Seperti misalnya memberi clue
ketika siswa mengerjakan soal. Sehingga di sini siswa dapat lebih mandiri,
tidak terus selalu di ‘suapi’ oleh guru bagaimana mengerjakan soal.
Di sinilah guru berperan sebagai motivator
bagi siswanya untuk semangat dalam belajar matematika. Matematika tidak hanya
mengandung definisi – definisi mutlak yang harus dihafal dan dimengerti. Dalam
matematika terkandung pula teorema – teorema yang harus dibuktikan. Tentunya
latihan mengerjakan soal pun harus sering dilakukan.
Pendahuluan: Apa Itu
Matematika?
Sejak
dari dahulu, matematika merupakan mata pelajaran yang tidak asing bagi anak –
anak yang bersekolah baik dari TK hingga perguruan tinggi. Matematika yang
sering di identikkan dengan angka dan perhitungan ini, bahkan tidak hanya ada di
sekolah.
Aktivitas manusia sehari – hari pun sering
sekali berhubungan dengan angka dan perhitungan. Seperti misalnya dalam
berbelanja, membangun rumah, mengukur jalan, dan lain sebagainya. Sehingga
patut disadari betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari – hari. Untuk
itu, tidak heran bahwa matematika ada di setiap jadwal pelajaran di sekolah.
Namun,
kepopuleran matematika di sekolah tidak hanya karena ilmunya yang digunakan di
kehidupan sehari – hari. Dalam benak anak – anak matematika juga menjadi sebuah
mata pelajaran yang sangat ditakuti. Matematika merupakan pelajaran yang
tersulit bagi mereka sehingga membuat mereka menjadi malas untuk belajar
matematika. Walaupun tidak semua anak menganggap bahwa matematika adalah
pelajaran yang sulit. Ada beberapa anak yang menganggap matematika adalah
pelajaran yang sangat menyenangkan bahkan ditunggu – tunggu oleh mereka.
Mengapa bisa terjadi demikian? Dari hasil
pengamatan bahwa ada beberapa faktor yang memungkinkan mereka menganggap bahwa
matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. Hal yang paling utama ialah guru
yang mengajarkan pelajaran tersebut. Bagaimanakah kualitas guru yang mengajari
mereka matematika di sekolah? Apakah guru tersebut dapat memotivasi para
siswanya untuk lebih mengenal konsep matematika? Atau hanya mengajari mereka
berhitung tanpa menjelaskan kenapa harus menghitung secara demikian?
Pembelajaran haruslah disertai dengan
aplikasinya dalam kehidupan. Karena siswa tidak mungkin akan terus berada di
depan meja belajar sambil membaca buku matematika. Ia pun akan menemui berbagai
masalah dalam kehidupan. Tentunya bukan hanya masalah – masalah 1 + 1 = 2 atau
masalah matematika yang lainnya. Mereka akan menemui masalah kehidupan yang
lebih sulit dan membingungkan dibanding masalah – masalah matematika yang
mereka baca di buku pelajaran matematika. Untuk itu, pengajaran matematika di
sekolah harus lah aplikatif. Pengajaran matematika bukan hanya menekankan pada
kemampuan mereka menjawab soal dan mendapatkan nilai besar. Tetapi haruslah
disertai dengan apa manfaat yang mereka dapat setelah mempelajari penjumlahan,
pengurangan, pemfaktoran, logaritma, integral, dan istilah matematika lainnya.
Belajar Matematika yang Bermakna
Gagasan tentang belajar bermakna yang dikemukakan
oleh William Brownell pada awal pertengahan abad dua puluh yang merupakan ide
dasar dari teori konstruktivisme. Menurut Brownell (dalam Reys, Suydam,
Lindquist, & Smith, 1998), matematika dapat dipandang sebagai suatu sistem
yang terdiri atas ide, prinsip, dan
proses sehingga keterkaitan antar aspek – aspek tersebut harus dibangun dengan
penekanan bukan pada memori atau hapalan, melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi
anak. (Suryadi, 2012)
Selanjutnya Reys dkk. (1998) menambahkan
bahwa matematika itu haruslah make sense. Jika matematika disajikan
kepada anak dengan cara yang demikian, maka konsep yang dipelajari menjadi
punya arti; dipahami sebagai suatu disiplin yang terurut, terstruktur, dan
memiliki keterkaitan satu dengan lainnya; serta diperoleh melalui proses pemecahan
masalah yang bervariasi. Dalam NCTM
Standards (1989) belajar bermakna merupakan landasan utama untuk
terbentuknya mathematical
connections. Untuk terbentuknya kemampuan koneksi matematik tersebut, dalam
NCTM Standards (2000) dijelaskan
bahwa pembelajaran matematika harus
diarahkan pada pengembangan kemampuan berikut: (1) memperhatikan serta
menggunakan koneksi matematik antar berbagai ide matematik, (2) memahami
bagaimana ide – ide matematik saling terkait satu dengan lainnya sehingga
terbangun pemahaman menyeluruh, dan (3) memperhatikan serta menggunakan
matematika dalam konteks di luar matematika. (Suryadi, 2012)
Guru merupakan tokoh yang sangat berpengaruh
pada proses pembelajaran di sekolah. Karena yang memegang kendali pembelajaran
di sekolah adalah guru. Yang dilihat ialah bagaimana ia menyampaikan materi,
memotivasi siswa, dan mempraktekkan ilmunya dalam kehidupan sehari – hari.
Sering kali siswa merasa sulit untuk belajar ketika mendapat guru yang kurang
memberi kenyamanan pada siswa. Bagaimana siswa bisa termotivasi bila guru yang
mengajarkan hanya menyuruh mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang besar?
Namun, siswa jangan dianggap sebagai objek
yang belum tahu apa-apa. Pengetahuan bukan lagi sebagai sesuatu yang sudah
jadi, melainkan suatu proses yang harus diteliti, dipikirkan, dan dikonstruksi
oleh siswa. Dengan demikian siswa
sendirilah yang akan aktif belajar.
Hal
ini menjadikan siswa harus aktif menemukan sendiri pengetahuan yang ingin
mereka miliki. Maka di sini tugas guru tidak lagi sebagai mentransfer ilmu
kepada siswa, melainkan bagaimana menciptakan suasana belajar dan merencanakan
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif mengonstruksi pengetahuan
untuk dimiliki oleh mereka sendiri. Sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih
bermakna bagi siswa. (Mustofa, 2009)
Pembelajaran matematika tidak harus selalu
menulis di atas kertas atau papan tulis. Matematika pun perlu praktek dengan
alat – alat peraga supaya siswa tahu bukti nyatanya dan tentu lebih aplikatif.
Misalnya seperti membuktikan teorema phythagoras
dengan memakai segitiga siku – siku yang setiap sisinya dibuat persegi. Maka
luas persegi yang terbesar adalah jumlah dari luas persegi dari sisi – sisi lainnya.
Pemahaman Matematika dalam
Kehidupan Sehari – hari
Banyak pemahaman bahwa matematika adalah
hal yang selalu berhubungan dengan angka dan perhitungan. Padahal sebenarnya
matematika sangat luas cakupannya. Menurut Riedesel, Schwartz, dan Clements
(1996) pada beberapa poinnya bahwa, Matematika
bukan sekedar aritmetika. Jika berbicara
tentang matematika, masyarakat sering kali memandangnya secara sempit yakni
hanya sebagai aritmetika. Dengan demikian, kurikulum matematika, terutama untuk
sekolah dasar, hanya dipandang sebagai kumpulan keterampilan berhitung seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan.
Akibatnya, penguasaan dengan baik
keterampilan tersebut dipandang sebagai hal yang memadai bagi anak dalam
belajar matematika khususnya untuk tingkat sekolah dasar. Padahal, jika kita perhatikan
lebih jauh lagi, matematika memuat keterampilan lebih luas dari sekedar
berhitung. Matematika pada hakikatnya merupakan suatu cara berpikir serta memuat
ide – ide yang saling berkaitan.
Matematika
merupakan problem posing dan problem solving. Dalam kegiatan bermatematika, pada dasarnya anak akan
berhadapan dengan dua hal yakni masalah – masalah apa yang mungkin muncul atau
diajukan dari sejumlah fakta yang dihadapi (problem
posing) serta bagaimana menyelesaikan masalah tersebut (problem solving). Dalam kegiatan yang
bersifat problem posing, anak memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya mengidentifikasi fakta – fakta yang
diberikan serta permasalahan yang bisa muncul dari fakta – fakta tersebut. Sedangkan melalui
kegiatan problem solving, anak dapat
mengembangkan kemampuannya untuk
menyelesaikan permasalahan tidak
rutin yang memuat berbagai tuntutan kemampuan berpikir termasuk yang
tingkatannya lebih tinggi. Matematika merupakan studi tentang pola dan
hubungan. Dalam aktivitas ini tercakup kegiatan memahami, membicarakan,
membedakan, mengelompokkan, serta menjelaskan pola baik berupa bilangan atau
fakta – fakta lain.
Penutup
Guru yang
berkualitas sangat diperlukan perannya dalam mewujudkan pendidikan yang baik. Meningkatkan
kualitas guru pada prinsipnya adalah mewujudkan sosok guru yang efektif yakni
guru yang memiliki karakteristik (1) menguasai strategi pembelajaran, (2)
mengelola kelas dengan baik, (3) sumber motivasi, (4) menguasai materi yang
otentik, (5) berstandar tinggi, (6) peneliti yang reflektif, (7) memahami
siswa, (8) mengayomi siswa, (9) memiliki pengetahuan akademik yang tinggi, dan
(10) berperilaku positif. (Adabi, 2009)
Dalam proses pembelajaran matematika, siswa
sering kali mengalami kesulitan dalam aktivitas belajarnya. Oleh karena itu,
guru perlu memberikan bantuan dan dorongan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Pemberian bantuan itu memungkinkan siswa memecahkan masalah, melaksanakan
tugas, atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa sendiri.
Bentuk bantuan dan dorongan bisa berbagai macam, tetapi tujuannya untuk
memastikan agar siswa mencapai sasaran yang berada di luar jangkauan siswa.
Bantuan dan dorongan yang diberikan
misalnya pemberian petunjuk kecil, pemberian model prosedur penyelesaian tugas,
pemberitahuan tentang kekeliruan dalam prosedur penyelesaian, mengarahkan siswa
pada informasi tertentu, menawarkan langkah lain, dan usaha menjaga agar rasa frustrasi
siswa terhadap tugas tetap berada pada tingkat yang masih dapat ditanggung
siswa. Dorongan menjadi pertanda interaksi sosial antara siswa dan guru yang
mendahului terjadinya internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan disposisi,
serta menjadi alat pembelajaran yang dapat mengurangi keambiguan sehingga
meningkatkan kesempatan siswa mengalami perkembangan.
Guru harus menjelaskan pula apa makna
dibalik materi matematika yang sedang dipelajari. Jangan sampai paradigma anak
tentang matematika adalah sebuah perhitungan bilangan yang amat memusingkan.
Ajak agar anak menikmati indahnya matematika dengan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari – hari. Jadikan matematika adalah ilmu yang menyenangkan,
bukan menjadi hal yang menakutkan bagi anak di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Adabi, Z.
(2009). Membangun Kualitas Guru Menuju Pengembangan Pendidikan Bermutu. Dalam
Y. Abidin, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung:
CV. Maulana Media Grafika.
Mustofa, A. (2009, Juni 6). /?k=3&qq=tulisanku&judul=Pembelajaran%20Matematika%20yang%20Bermakna. Dipetik Juni 5, 2012, dari http://amustofa.brinkster.net: http://amustofa.brinkster.net/?k=3&qq=tulisanku&judul=Pembelajaran%20Matematika%20yang%20Bermakna
Suryadi, D. (2012, Maret 8). /FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195802011984031-DIDI_SURYADI/. Dipetik Juni 5, 2012, dari file.upi.edu: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195802011984031-DIDI_SURYADI/
Mustofa, A. (2009, Juni 6). /?k=3&qq=tulisanku&judul=Pembelajaran%20Matematika%20yang%20Bermakna. Dipetik Juni 5, 2012, dari http://amustofa.brinkster.net: http://amustofa.brinkster.net/?k=3&qq=tulisanku&judul=Pembelajaran%20Matematika%20yang%20Bermakna
Suryadi, D. (2012, Maret 8). /FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195802011984031-DIDI_SURYADI/. Dipetik Juni 5, 2012, dari file.upi.edu: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195802011984031-DIDI_SURYADI/
0 komentar:
Posting Komentar