Jumat, 12 Desember 2014

Abstrak
Matematika tidak hanya ada dalam pelajaran sekolah dan buku tulis matematika dengan beraneka macam rumus. Banyak manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran tentang matematika dalam kehidupan sehari – hari. Bahkan tidak hanya itu, banyak sekali disiplin ilmu lainnya yang memakai perhitungan matematika. Seperti dalam ilmu alam, ekonomi, kesehatan, psikologi, dan sebagainya.
Terkadang, siswa mengalami kesulitan dalam aktivitas belajar. Peran guru di sini untuk memberikan bantuan dan dorongan semangat. Seperti misalnya memberi clue ketika siswa mengerjakan soal. Sehingga di sini siswa dapat lebih mandiri, tidak terus selalu di ‘suapi’ oleh guru bagaimana mengerjakan soal.
Di sinilah guru berperan sebagai motivator bagi siswanya untuk semangat dalam belajar matematika. Matematika tidak hanya mengandung definisi – definisi mutlak yang harus dihafal dan dimengerti. Dalam matematika terkandung pula teorema – teorema yang harus dibuktikan. Tentunya latihan mengerjakan soal pun harus sering dilakukan.
Pendahuluan: Apa Itu Matematika?
      Sejak dari dahulu, matematika merupakan mata pelajaran yang tidak asing bagi anak – anak yang bersekolah baik dari TK hingga perguruan tinggi. Matematika yang sering di identikkan dengan angka dan perhitungan ini, bahkan tidak hanya ada di sekolah.
Aktivitas manusia sehari – hari pun sering sekali berhubungan dengan angka dan perhitungan. Seperti misalnya dalam berbelanja, membangun rumah, mengukur jalan, dan lain sebagainya. Sehingga patut disadari betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari – hari. Untuk itu, tidak heran bahwa matematika ada di setiap jadwal pelajaran di sekolah.
Namun, kepopuleran matematika di sekolah tidak hanya karena ilmunya yang digunakan di kehidupan sehari – hari. Dalam benak anak – anak matematika juga menjadi sebuah mata pelajaran yang sangat ditakuti. Matematika merupakan pelajaran yang tersulit bagi mereka sehingga membuat mereka menjadi malas untuk belajar matematika. Walaupun tidak semua anak menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Ada beberapa anak yang menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat menyenangkan bahkan ditunggu – tunggu oleh mereka.
Mengapa bisa terjadi demikian? Dari hasil pengamatan bahwa ada beberapa faktor yang memungkinkan mereka menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. Hal yang paling utama ialah guru yang mengajarkan pelajaran tersebut. Bagaimanakah kualitas guru yang mengajari mereka matematika di sekolah? Apakah guru tersebut dapat memotivasi para siswanya untuk lebih mengenal konsep matematika? Atau hanya mengajari mereka berhitung tanpa menjelaskan kenapa harus menghitung secara demikian?
Pembelajaran haruslah disertai dengan aplikasinya dalam kehidupan. Karena siswa tidak mungkin akan terus berada di depan meja belajar sambil membaca buku matematika. Ia pun akan menemui berbagai masalah dalam kehidupan. Tentunya bukan hanya masalah – masalah 1 + 1 = 2 atau masalah matematika yang lainnya. Mereka akan menemui masalah kehidupan yang lebih sulit dan membingungkan dibanding masalah – masalah matematika yang mereka baca di buku pelajaran matematika. Untuk itu, pengajaran matematika di sekolah harus lah aplikatif. Pengajaran matematika bukan hanya menekankan pada kemampuan mereka menjawab soal dan mendapatkan nilai besar. Tetapi haruslah disertai dengan apa manfaat yang mereka dapat setelah mempelajari penjumlahan, pengurangan, pemfaktoran, logaritma, integral, dan istilah matematika lainnya.

Belajar Matematika yang Bermakna
Gagasan tentang belajar bermakna yang dikemukakan oleh William Brownell pada awal pertengahan abad dua puluh yang merupakan ide dasar dari teori konstruktivisme. Menurut Brownell (dalam Reys, Suydam, Lindquist, & Smith, 1998), matematika dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri  atas ide, prinsip, dan proses sehingga keterkaitan antar aspek – aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori atau hapalan, melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak. (Suryadi, 2012)
Selanjutnya Reys dkk. (1998) menambahkan bahwa matematika itu  haruslah make sense. Jika matematika disajikan kepada anak dengan cara yang demikian, maka konsep yang dipelajari menjadi punya arti; dipahami sebagai suatu disiplin yang terurut, terstruktur, dan memiliki keterkaitan satu dengan lainnya; serta diperoleh melalui proses pemecahan masalah yang bervariasi. Dalam NCTM Standards (1989) belajar bermakna merupakan landasan utama  untuk  terbentuknya mathematical connections. Untuk terbentuknya kemampuan koneksi matematik tersebut, dalam NCTM Standards (2000) dijelaskan bahwa  pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan kemampuan berikut: (1) memperhatikan serta menggunakan koneksi matematik antar berbagai ide matematik, (2) memahami bagaimana ide – ide matematik saling terkait satu dengan lainnya sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan (3) memperhatikan serta menggunakan matematika dalam konteks di luar matematika. (Suryadi, 2012)
Guru merupakan tokoh yang sangat berpengaruh pada proses pembelajaran di sekolah. Karena yang memegang kendali pembelajaran di sekolah adalah guru. Yang dilihat ialah bagaimana ia menyampaikan materi, memotivasi siswa, dan mempraktekkan ilmunya dalam kehidupan sehari – hari. Sering kali siswa merasa sulit untuk belajar ketika mendapat guru yang kurang memberi kenyamanan pada siswa. Bagaimana siswa bisa termotivasi bila guru yang mengajarkan hanya menyuruh mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang besar?
Namun, siswa jangan dianggap sebagai objek yang belum tahu apa-apa. Pengetahuan bukan lagi sebagai sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang harus diteliti, dipikirkan, dan dikonstruksi oleh siswa.  Dengan demikian siswa sendirilah yang akan aktif belajar.
 Hal ini menjadikan siswa harus aktif menemukan sendiri pengetahuan yang ingin mereka miliki. Maka di sini tugas guru tidak lagi sebagai mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan bagaimana menciptakan suasana belajar dan merencanakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif mengonstruksi pengetahuan untuk dimiliki oleh mereka sendiri. Sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. (Mustofa, 2009)
Pembelajaran matematika tidak harus selalu menulis di atas kertas atau papan tulis. Matematika pun perlu praktek dengan alat – alat peraga supaya siswa tahu bukti nyatanya dan tentu lebih aplikatif. Misalnya seperti membuktikan teorema phythagoras dengan memakai segitiga siku – siku yang setiap sisinya dibuat persegi. Maka luas persegi yang terbesar adalah jumlah dari luas persegi dari sisi – sisi lainnya.
Pemahaman Matematika dalam Kehidupan Sehari – hari
Banyak pemahaman bahwa matematika adalah hal yang selalu berhubungan dengan angka dan perhitungan. Padahal sebenarnya matematika sangat luas cakupannya. Menurut Riedesel, Schwartz, dan Clements (1996) pada beberapa poinnya bahwa, Matematika bukan sekedar  aritmetika. Jika berbicara tentang matematika, masyarakat sering kali memandangnya secara sempit yakni hanya sebagai aritmetika. Dengan demikian, kurikulum matematika, terutama untuk sekolah dasar, hanya dipandang sebagai kumpulan keterampilan berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan.
Akibatnya, penguasaan dengan baik keterampilan tersebut dipandang sebagai hal yang memadai bagi anak dalam belajar matematika khususnya untuk tingkat sekolah dasar. Padahal, jika kita perhatikan lebih jauh lagi, matematika memuat keterampilan lebih luas dari sekedar berhitung. Matematika pada hakikatnya merupakan suatu cara berpikir serta memuat ide – ide yang saling berkaitan.
Matematika merupakan problem posing dan problem solving. Dalam kegiatan bermatematika, pada dasarnya anak akan berhadapan dengan dua hal yakni masalah – masalah apa yang mungkin muncul atau diajukan dari sejumlah fakta yang dihadapi (problem posing) serta bagaimana menyelesaikan masalah tersebut (problem solving). Dalam kegiatan yang bersifat problem posing, anak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya mengidentifikasi fakta – fakta yang diberikan serta permasalahan yang bisa muncul dari fakta – fakta tersebut. Sedangkan   melalui   kegiatan   problem   solving, anak dapat mengembangkan kemampuannya untuk  menyelesaikan  permasalahan tidak rutin yang memuat berbagai tuntutan kemampuan berpikir termasuk yang tingkatannya lebih tinggi. Matematika merupakan studi tentang pola dan hubungan. Dalam aktivitas ini tercakup kegiatan memahami, membicarakan, membedakan, mengelompokkan, serta menjelaskan pola baik berupa bilangan atau fakta – fakta lain.
Penutup
       Guru yang berkualitas sangat diperlukan perannya dalam mewujudkan pendidikan yang baik. Meningkatkan kualitas guru pada prinsipnya adalah mewujudkan sosok guru yang efektif yakni guru yang memiliki karakteristik (1) menguasai strategi pembelajaran, (2) mengelola kelas dengan baik, (3) sumber motivasi, (4) menguasai materi yang otentik, (5) berstandar tinggi, (6) peneliti yang reflektif, (7) memahami siswa, (8) mengayomi siswa, (9) memiliki pengetahuan akademik yang tinggi, dan (10) berperilaku positif. (Adabi, 2009)
Dalam proses pembelajaran matematika, siswa sering kali mengalami kesulitan dalam aktivitas belajarnya. Oleh karena itu, guru perlu memberikan bantuan dan dorongan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Pemberian bantuan itu memungkinkan siswa memecahkan masalah, melaksanakan tugas, atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan siswa sendiri. Bentuk bantuan dan dorongan bisa berbagai macam, tetapi tujuannya untuk memastikan agar siswa mencapai sasaran yang berada di luar jangkauan siswa.
Bantuan dan dorongan yang diberikan misalnya pemberian petunjuk kecil, pemberian model prosedur penyelesaian tugas, pemberitahuan tentang kekeliruan dalam prosedur penyelesaian, mengarahkan siswa pada informasi tertentu, menawarkan langkah lain, dan usaha menjaga agar rasa frustrasi siswa terhadap tugas tetap berada pada tingkat yang masih dapat ditanggung siswa. Dorongan menjadi pertanda interaksi sosial antara siswa dan guru yang mendahului terjadinya internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan disposisi, serta menjadi alat pembelajaran yang dapat mengurangi keambiguan sehingga meningkatkan kesempatan siswa mengalami perkembangan.
Guru harus menjelaskan pula apa makna dibalik materi matematika yang sedang dipelajari. Jangan sampai paradigma anak tentang matematika adalah sebuah perhitungan bilangan yang amat memusingkan. Ajak agar anak menikmati indahnya matematika dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Jadikan matematika adalah ilmu yang menyenangkan, bukan menjadi hal yang menakutkan bagi anak di sekolah.


DAFTAR PUSTAKA
Adabi, Z. (2009). Membangun Kualitas Guru Menuju Pengembangan Pendidikan Bermutu. Dalam Y. Abidin, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.

Mustofa, A. (2009, Juni 6). /?k=3&qq=tulisanku&judul=Pembelajaran%20Matematika%20yang%20Bermakna. Dipetik Juni 5, 2012, dari http://amustofa.brinkster.net: http://amustofa.brinkster.net/?k=3&qq=tulisanku&judul=Pembelajaran%20Matematika%20yang%20Bermakna

Suryadi, D. (2012, Maret 8). /FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195802011984031-DIDI_SURYADI/. Dipetik Juni 5, 2012, dari file.upi.edu: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/195802011984031-DIDI_SURYADI/

0 komentar:

Posting Komentar